Jumat, 28 Oktober 2016

Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa



Pancasila adalah jiwa dan seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan bangsa Indonesia dan dasar Negara. Di samping menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia, Pancasila juga merupakan kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia akan mencapai puncak kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dana keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makhluk social dalam mengejar hubungan dengan masyarakat, alam, Tuhannya maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Oleh karena itu, kita perlu memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila hanya akan menjadi rangakaian kata-kata indah dan rumusan yang beku dan mati serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita. Pancasila yang dimaksud di sini adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang terdiri dari 5 sila dan penjabarannya sebanyak 36 butir yang masing-masing tidak dapat dipahami secara terpisah melainkan satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hidup bangsa karena menurut Muhammad Noor Syam, nilai-niali dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannnya, yang meliputi:
1.     Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
2.    Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3.    Kesadaran musyawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4.    Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
5.    Kesadaran tenggang rasa, atau tepa selira, sebagai semangat kekeluargaan dan kebersamaan, hormat menghormati dan memelihara kesatuan, saling pengertian demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan.

Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu, pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah berabad lamanya mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.

Manfaat belajar filsafat


       Ada pertanyaan yang muncul (bahkan mungkin ini menjadi pertanyaan pertama) ketika seseorang ingin belajar filsafat. Pertanyaan itu adalah apakah manfaat dari belajar filsafat?
Terkadang ada yang berpandangan curiga bahkan sinis terhadap filsafat. Terlepas dari pelbagai pandangan-pandangan tersebut, seperti yang lain, belahjar filsafat pun pada dasarnya juga dapat memberi manfaat (bahkan tidak sedikit). Manfaat belajar filsafat tersebut dapat dilukiskan seperti ini.
Para filsuf pada galibnya setuju bahwa mencari dan memiliki pengetahuan (termasuk filsafat) ialah nilai terpenting di anatara tujuan-tujuan lain. Adapun “tujuan pertama” ini bukan berarti tidak berkaitan sama sekali dengan manfaat praktis. Karena, walaupun filsafat acap dinyatakan terlalu abstrak, mengawang atau tidak membumi, namun filsafat sebenarnya mempunyai manfaat praktis yang cukup luas dan berjangka panjang. Perhatikan saja, banyak sekali pemikiran filsafat yang awalnya dianggap sebagai abstrak atau tanpa manfaat praktis, dalam perkembangan berikutnya ternyata memberikan manfaat praktis yang luar biasa. Umpamanya adalah teori atom Demokritos dan Leucippos, sekarang bisa diwujudkan dalam bentuk energy atom atau nuklir yang luar biasa. Contoh lain adalah konsepsi-konsepsi filsuf tentang Negara, keadilan, demokrasi, dam hak rakyat (yang telah dikemukakan oleh Aristoteles, Plato, Locke atau Rousseau) di mana pemikiran para filsuf itu telah memberikan sumbangsih luar biasa bagi revolusi Prancis dan konstitusi Amerika. Mesti diakui bahwa pandangan ilmiah, prinsip logika dan metodologi dari para filsuf itu adalah bagian filsafat.
Meskipun demikian, harus disadari bahwa filsafat bukan saingan ilmu pengetahuan (misalnya dalam segi memberi manfaat praktis), sebab antara keduanya adda perbedaan fokus. Filsafat (para filsuf) misalnya lebih berfokus pada pembahasan konsep-konsep dan asumsi-asumsi dasar teori, sehingga tentang fenomena alam sebagaimana  yang dilakukan pada ilmu penegtahuan (para ilmuwan). Misalnya, ilmu pengetahuan mencari penjelasan (teoretis) susunan DNA , akan tetapi juga ingin mengetahui (manfaat praktis) bagaimana berbagai penyakit genetik bisa diatasi dengan pengetahuan itu dan bagaimana rekayasa genetic dimungkinkan.
Manfaat lain belajar filsafat adalah belajar filsafat secara mendalam akan membentuk kemandirian secara intelektual, membangun sikap toleran terhadap perbedaan sudut pandang, dan membebaskan dari jeratan dogmatism. Hal ini dapat dipahami seperti ini. Filsafat dapat membentuk seorang pembelajar untuk berpikir kritis. Berpikir kritis berarti kita tidak menerima begitu saja suatu pendapat yang didasarkan pada otoritas, serta selalu mempertanyakan asumsi-asumsi yang terdapat dalam penjelasan atau alssan yang dikemukakan (membebaskan dari jeratan dogmatism). Inti filsafat adalah membentuk pemikiran, dan bukan sekedar mengisi kepala kita dengan fakta-fakta atau informasi-informasi. Berfilsafat berarti menyusun dan mempertahankan keyakinan-keyakinan yang kita miliki dengan menggunakan argumentasi yang rasional. Filsafat membawa kita pada pemahaman (kemandirian secara intelektual) dadn pemahaman itu dapat membawa kita untuk bertindak lebih layak. (toleran terhadap perbedaan sudut pandang)

Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern



Dalam filsafat pendidikan modern dikenal beberapa aliran, antara lain progressivisme, essensialisme, perennialisme, dan rekontruksionalisme.
1. Aliran Progressivisme
Dalam pandangan pragmatism, suatu keterangan itu benar kalau sesuai dnegan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar kalau sesuai dengan kenyataan. Aliran progressivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan meliputi: ilmu hayat, bahwa manusia mengetahui semua masalah kehidupan; antropologi, bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya. Dengan demikian dapat mencari hal baru; psikologi, bahwa manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat alam, dapat menguasai dan mengatur alam.
2. Aliran Essensialisme
Aliran essensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebidayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Essensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-cirinya yang berbeda dengan progressivisme. Dasar pijakan aliran pendidikan ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin terentu. Essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikn kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mepunyai tata nilai yang jelas.
3. Aliran Perennialisme
Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembalai atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perennialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang. Dari pendapat ini, diketahuai bahwa perennialisme merupakan hasil pemikiran ynag memberikan kemungkinan bbagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perennialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks fiksafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme meruapakan suatu aliran yang berusaha merombak atat susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan lairan perennialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam, kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang teganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesempingsiuran. 

Senin, 10 Oktober 2016

Perilaku Manusia


Psikologi memandang perilaku manusia (human bedahavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai hubungan sikap dan perilaku, bentuk-bentuk perilaku instinktif itu tidak dibicarakan. Demikian pula halnya dengan beberapa bentuk perilaku abnormal yang ditunjukkan oleh para penderita abnormalitas jiwa ataupun oleh orang-orang yang sedang berada dalam ketidaksadaran akibat pengaruh obat-obatan, minuman keras, situasi hipnotik, serta situasi-situasi emosional yang sngat menekan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respons atau reaksi terhadap stimulus lingkungan social.
Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respons yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respons yang sama.
Karakteristik individu meliputi berbagai variable seperti motif, niali-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan factor-faktor lingkungan dalam menentukan perilaku. Factor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks.
Perilaku, secara luas, tentu tidak hanya dapat ditinjau dalam kaitannya dengan sikap manusia. Pembahasan perilaku dari sudut teori motivasi, dari sisi teori belajar, dan dari sudut pandnag lain akan memberikan penekanan yang berbeda-beda. Namun satu hal selalu dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini, dan masa datang yang ikut mempengaruhi perlaku manusia.
 Disamping berbagai faktor penting seperti hakikat stimulus itu sendiri, latar belakang pengalaman idnividu, motivasi, status kepribadian dan sebagainya, memang sikap individu ikut memegang peranan dalam menentukan bagaimanakah perilaku seseorang di lingkungannya. Pada gilirannya, lingkungan secara timbul balik akan mempengaruhi sikap dan perilaku. Interaksi anatara situasi lingkungan dengan sikap, dengan berbagai faktor di dalam maupun di luar diri individu akan membentuk suatu proses kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku seseorang.

Filsafat Manusia


Filsafat ialah tertib atau cara/metode pemikiran yang berupa pertanyaan kepada diri sendiri tentang sifat dasar dan hakiki berbagai kenyataan yang tampil di muka kita. Filsafat mencoba memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: apakah hakikat hidup dan berkegiatan itu, mengalami kebebasan dan mencintai? Apakah yang ingin dikatakan sebetulnya, jikalau orang membicarakan dunia, waktu, alam semesta, manusia, dan Tuhan?
Filsafat manusia adalah bagian atau cabang dari filsafat yang mengupas apa artinya menjadi manusia. Ia mencoba mengucapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya menjadi makhluk manusia itu?
Filsafat manusia tealah kerap kali, sepanjang sejarah, dinamakan “psikologi filosofis” atau “psikologi rasional” sebagai lawan dari “psikologi ilmiah”,”eksperimental”,atau “empiris”. Tetapi istilah “psikologi” mengandung kesulitan, apabila orang berpegang teguh pada etimologinya, karena disiplinnya seolah-olah hanya memperhatikan satu aspek atau satu sudut saja dari manusia, yaitu sukmanya (salam bahasa Yunani, psyche) atau jiwanya.

Minggu, 09 Oktober 2016

Macam-Macam Logika


Umumnya dibedakan atas logika kodratiah dan logika modern. Para pakar ;ain mengelompokkan menjadi logika formal, logika minor atau logika tradisional dan logika modern atau logika matematis. Logika tradisional membahas dan mempersoalkan ide, definisi, konsep, term, proposisi seperti pada lazimnya, sedangkan logika modern menggunakan teknik-teknik simbolis dan metode matematis.
          Logika juga dapat dikelompokkan dalam “The Abstract Science” atau ilmu terapan normative. Dalam buku ini, fungsi logika adalah alat atau tools of study atau metode yang digunakan pada filsafat ilmu dan lebih menggunakan logika kodratiah atau tradisional.
1.     Logika Kodratiah
Proses berpikir yang menggunakan perpaduan intuisi, perasaan dan keterampilan serta akal budinya untuk menghasilkan pengetahuan kreatif/inovatif. Kreativitas melibatkan berbagai fungsi, yaitu fungsi dasar berpikir (rasio), perasaan (emosi menuju aktualisasi diri), penginderaan cipta talen (kemampuan dan keterampilan penginderaan) dan intuisi (kondidi kesadaran yang diperoleh dari ketidaksadaran). Logika kodratiah juga disebut sebagai logika tradisional.
2.    Logika Ilmiah (Logika Modern)
Logika ilmiah membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus, memertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logika ilmiah, dapatlah akal budi bekerja lebih cepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dikembangkan oleh Aristoteles dengan nama “Organum”; Francis Bacon dengan metode induktif dalam buku Novum Organum Scientiarum; W. Leibnitz dengan logika aljabar, John. Dewey dengan logika metodologisnya. 

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan




Welcome Blog,

Winda Siti Rahmawati
2227150084
3B PGSD





1. Pengantar Ilmu Filsafat
2. Filsafat Manusia
3. Perilaku Manusia
4. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern
5. Manfaat belajar filsafat
6. Pancasila sebagai Filsafat Hidup Bangsa
7. Apa Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan?
8. Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
9. Teori Kebenaran Menurut Pandangan Filsafat
10. Ajaran-ajaran Pokok Empirisme
11. Berpikir Reflektif
12. Bagaimana Asal Mula Filsafat?
13. Filsafat Ilmu Sebagai Metode
14. Dasar Aksiologi Ilmu
15. Dasar Ontologi Ilmu
16. Hukum Logika
17. Macam-Macam Logika
18. Makna filsafat ilmu
19. Ontologi dan Kosmologi
20. Perkembangan Berpikir dan Kelahiran Ilmu Pengetahuan
21. Plato (427 SM – 347 SM)
22. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
23. Sumber Ilmu Pengetahuan
24. Tahap Perkembangan Ilmu
25. Metode Ilmu
26. Ciri Pokok Pengatahuan Ilmiah
27. Perkembangan Metode Ilmu 
28. Objek Material dan Objek Formal Logika
29. Dasar Epistemologi Ilmu
30. Definisi Ilmu
31. Kategori dan Klasifikasi
32. Antropologi Filsafat
33. Estetika
34. Etika
35. Kosmologi
36. Obyek Filsafat
37. Metafisika Umum
38. Metode Filsafat India
39. Aliran Filsafat India Carvaka
40. Aliran Filsafat India Nyaya dan Vaisesika
41. Aliran filsafat India Purva Mimamsa
42. Ciri-Ciri Filsafat Cina
43. Periodisasi Filsafat Cina (Zaman Klasik)
44. Periodisasi Filsafat Cina Zaman Neo Taoisme dan Bu...
45. Periodisasi Filsafat Cina Zaman Neo-Konfusianisme
46. Periodisasi Filsafat Cina Zaman Modern
47. Aristoteles
48. Renaissance
49. Filsafat Abad XVII (Aliran Rasionalisme)
50. Filsafat Abad XVII (Aliran Empirisme)
51. Filsafat Abad XVIII (Aufklaerung)
52. Filsafat Abad XIX (Idelisme Jerman)
53. Filsafat Abad XIX (Positivisme)
54. Filsafat Abad XIX (Materialisme)
55. Aliran Pragmatisme
56. Aliran Vitalisme
57. Aliran Fenomenlogi
58. Aliran Eksistensialisme
59. Aliran Filsafat Analitis
60. Aliran Strukturalisme
61. Aliran Postmodernisme
62. Macam Perenungan
63. Hubungan antara Filsafat Ilmu dengan Sosiologi Ilm...
64. Hubungan antara Filsafat Ilmu dan Sejarah Ilmu ser...
65. Intuisionisme
66. Rasionalisme
67. Apa artinya tahu?
68. Ilmu dan teknologi
69. Apa Itu Kebenaran?
70. Tiga Jenis Kebenaran
71. Metode Kritis
72. Metode Intuisi
73. Metode Skolastik dan Transendental
74. Metode Dialektis dan Metode Analitika Bahasa
75. Metode Fenomenologi
76. Asal Filsafat
77. Pengertian Filsafat Pendidikan
78. Subjek dan Objek Filsafat Pendidikan
79. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
80. Pengetahuan Pistis (Substansial)
81. Pengetahuan Dianoya (Matematik)
82. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
83. Filosofi Bhineka Tunggal Ika
84. Ruang Lingkup Filsafat
85. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut Peter Angeles
86. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut A. Cornelius Benja...
87. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut Marx Wartofsky
88. Lingkupan Filsafat Ilmu Menurut Ernest Nagel
89. Problema Filsafat Ilmu Menurut B. Van Fraassen dan...
90. Problema Filsafat Ilmu Menurut Victor Lenzen
91. Problema Filsafat Ilmu Menurut The Liang Gie
92. Problema Filsafat Ilmu Menurut Michael Berry
93. Problema Filsafat Ilmu Menurut Frederick Suppe
94. Komponen Dalam Definisi Ilmu Pengetahuan
95Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Ilmu?
96. Zaman Pra Yunani Kuno
97. Bagaimana Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno?
98. Zaman abad pertengahan
99. Zaman Renaissance
100. Zaman Modern
101. Zaman Keemasan Filsafat Yunani
102. Masa Helinistis dan Romawi
103. Teori Descendensi
104. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal atau Ilmu Formal/Il...
105. Ilmu Deduktif dan Ilmu Induktif
106. Ilmu-ilmu Empiris Secara Lebih Khusus
107. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Pendidikan
108. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Cristian Wolf...
109. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Karl Raimund ...
110. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Auguste Comte...
111. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S. Kuh...
112. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Jurgen Haberm...
113. Definisi Kurikulum
114. Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli
115. Fungsi Kurikulum
116. Manusia Mahkuk Pengetahuan
117. Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian 
118. Teori Kebenaran Saling Berhubungan
119. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian
120. Teori Kebenaran Inherensi
121. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti
122. Teori Kebenaran Sintaksis
123. Positivisme
124. Definisi implementasi
125. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurik...
126. Sertifikat Seminar Nasional Filsafat
127. Artikel UAS Filsafat Pendidikan