Jumat, 09 Desember 2016

Sertifikat Seminar Nasional Filsafat




Teori Descendensi


Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia. Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir.
Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal-pikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik (zoonpoliticon, political animal), hewan yang membangun masyarakat di atas famili-famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha memikirkan suatu cita keadilan.
Berdasarkan Thomas Hobbes, manusia disebut Homo homini lupus artinya manusia yang satu serigala manusia yang lainnya (berdasarkan sifat dan tabiat) Nafsu yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan nyawa.
Kesimpulannya:
1)    Menurut teori descendensi bahwa meletakkan manusia sejajar dengan hewan berdasarkan sebab mekanis.
2)   Keistimewaan ruhaniyah manusia dibandingkan dengan hewan terlihat dalam kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir, berpolitik, mempunyai kebebasan/kemerdekaan, memiliki sadar diri, mempunyai norma, tukang bertanya atau tegasnya manusia adalah makhluk berbudaya.
3)    Manusia mempunyai aktivitas yang hampir sama dengan aktivitas yang dilakukan oleh hewan.

Manusia Mahkuk Pengetahuan


Manusia berbeda dengan mahluk lainnya. Manusia lahir dengan potensi kodratnya yaitu Cipta, Rasa, dan Karsa. Cipta adalah kemampuan spiritual, yag secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran.
Rasa adalah kemampuan spiritual yang mempersoalkan nilai Keindahan. Sedangkan Karsa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.
Ketiga jenis nilai tersebut dibingkai dalam sebuah ikatan system, selanjutnya dijadikanlah landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan Landasan Hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup agar senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.

Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Pendidikan


Hubungan filsafat ilmu dengan pendidikan. Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakekat ilmu (Benny Irawan, 2011:49) Filsafat ilmu bertujuan mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh.  Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya Sebaliknya realita seperti pengalaman pendidik menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat ilmu untuk mengembangkan pemikiran pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat ilmu dengan pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)    Filsafat ilmu, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pengembangan ilmu pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2)    Filsafat ilmu, berfungsi memberi arah bagi pengembangan teori pendidikan yang telah ada dan memilki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3)    Filsafat ilmu dan pendidikan mempunyai hubungan saling melengkapi, yang dapat bermakna bahwa realita pendidikan dapat mengembangkan filsafat ilmu, dan filsafat ilmu itu sendiri dapat membantu realita perkembangan pendidikan.

Ruang Lingkup Filsafat


Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus.
Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.
Para ahli mengatakan bahwa ruang lingkup dari ilmu filsafat yaitu :
·Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya dan metode-metodenya.
·Tentang ada dan tidak ada.
·Tentang alam, dunia dan seisinya.
·Menentukan apa yang baik dan apa yang buruk.
·Hakikat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk lainnya.
·Tuhan tidak dikecualikan.

Subjek dan Objek Filsafat Pendidikan


Berfikir merupakan subjek dari filsafat pendidkan akan tetapi tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Subjek filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimanan memperbaiki pendidikan.
Objek filsafat, objek itu dapat berwujud suatu barang atau dapat juga subjek itu sendiri contohnya si aku berfikir tentang diriku sendiri maka objeknya adalah subjek itu sendiri. Objek filsafat dapat dibedakan atas 2 hal :
1.    Objek material adalah segala sesuatu atau realita, ada yang harus ada dan ada yang tidak harus ada
2.   Objek formal adalah bersifat mengasaskan atau berprinsi dan oleh karena mengasas, maka filsafat itu mengkonstatis prinsip-prinsip kebenaran dan tidak kebenaran

Pengertian Filsafat Pendidikan


Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
· Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
· Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
·   Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
 Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Filosofi Bhineka Tunggal Ika


Dalam makna Bhineka Tunggal Ika terkandung makna falsafah ilmu yang sangat dalam, tinggi, dan bermanfaat sekali dalam cara membangun hubungan sosial dan bermasyarakat. Indonesia yang terdiri dari ragam kultur budaya, adat-istiadat, dan terlebih agama sudah semestinya memberi teladan dan contoh kepada dunia bahwa dalam keberagaman itu terkandung sebuah kekuatan besar untuk melawan bentuk kegiatan-kegiatan negatif yang justru membawa kehidupan itu dalam kepunahan.
Walaupun masih dalam kajian penelitian yang lebih dalam lagi, bahwa sesungguhnya di bawah dasar samudera dan lautan Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat sebuah peradaban tinggi yang dahulu kala musnah oleh bencana alam yang dashyat. Seperti diketahui bersama, secara teori ilmu pengetahuan, bahwa kehidupan lebih memungkinkan ada dan sangat berkembang pada garis khatulistiwa. Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini adalah satu-satunya kawasan strategis di bumi yang memiliki berbagai kelebihan geografis dan kaya akan kandungan mineral perut-bumi.
Sebuah filosofi yang tinggi makna hanya lahir dari sebuah masyarakat dengan peradaban tinggi dan kaya intelektual juga. Lalu mengapa kita sebagai masyarakat Indonesia tidak mampu membangun peradaban yang tinggi dengan mencontohkan cara-berpikir nenek-moyang kita dahulu kala yang sangat sarat akan filosofi hidup.

Fungsi Kurikulum


Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan mempunyai beragam jenis fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam kegunaannya. Fungsi kurikulum yaitu sebagai berikut :
a.       Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Kurikulum berperan sebagai penyesuaian yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karena lingkungan bersifat dinamis yang artinya bisa berubah-ubah.
b.      Fungsi Integrasi (the integrating function)
Kurikulum berperan sebagai penyesuaian mengandung arti kalau kurikulum adalah alat pendidikan yang dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang cakap yang bisa dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
c.       Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function)
Kurikulum berperan sebagai diferensiansi yaitu sebagai alat yang memberi pelayanan dari beragam perbedaan di setiap siswa yang perlu dihargai dan dilayani.
d.      Fungsi Persiapan (the propaeduetic function)
Kurikulum berperan sebagai persiapan yang mengandung arti kalau kurikulum sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya serta juga mampu mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat, bila tidak melanjutkan pendidikan.
e.       Fungsi Pemilihan (the selective function)
Kurikulum berperan sebagai pemilihan yaitu memberi kesempatan untuk siswa untuk menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat serta bakatnya.
f.       Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Kurikulum sebagai diagnostik mengandung arti kalau kurikulum merupakan alat pendidikan yang dapat mengarahkan serta memahami potensi siswa dan kekurangan dalam dirinya. Bila sudah memahami potensi lalu mengetahui kekurangannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan memperbaiki kekurangannya.

Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli


Di Indonesia sendiri, arti “kurikulum” bisa dikatakan baru menjadi terkenal sejak tahun lima puluhan, yang diperkenalkan oleh mereka yang mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat. Beikut ini adalah pengertian kurikulum menurut para ahli, diantaranya :
a.     George A. Beaucham (1976) : Pengertian kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
b.     Neagley dan Evans (1967) : Pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.
c.     UU. No. 20 Tahun 2003 : Pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
d.     Menurut Good V. Carter (1973) : Pengertian kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor.
e.      Menurut Grayson (1978) : Pengertian kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
f.   Murray Print : Pengertian kurikulum adalah sebuah ruang pembelajaran yang terencana diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan pengalaman yang dapat dinikmati semua siswa pada saat kurikulum diterapkan.

Definisi Kurikulum


Kurikulum adalah program rancangan belajar mengajar yang dipedomani oleh pendidik dan peserta didik. Kurikulum berasal dari bahasa inggris yakni Curriculum yang berarti rencana pelajaran, dimana Curriculum berasal dari bahasa latin Currere yang mempunyai banyak arti seperti berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha. Arti “Kurikulum” mempunyai beragam tafsiran yang dirumuskan oleh beberapa pakar ahli dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dahulu hingga saat ini. Tafsiran-tafsiran mengenai pengertian ataupun definisi kurikulum itu berbeda-beda satu dengan yang lain, sesuai dengan titik berat inti dan menurut pandangan dari ahli yang berkaitan.
Kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan anak yang akan diajar untuk memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program pendidikan harus meliputi : (1) Sejumlah mata pelajaran atau perkumpulan mengenai pengetahuan ; (2) pengalaman belajar atau aktivitas belajar ; (3) program belajar untuk siswa ; (4) hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Dari rumusan tersebut, kurikulum diartikan sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil pembelajaran yang diharapkan, yang diformulasikan lewat pengetahuan dan aktivitas yang tersusun secara sistematis, diberikan pada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk membantu perkembangan dan perubahan pribadi serta kompetensi sosial siswa.


Zaman Modern


Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu  pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup).  J. J. Thompson dengan temuannya elektron.

Zaman Renaissance


Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah periode penemuan manusia dan dunia dan bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Bila dikaitkan dengan keadaan, Renaissance adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat di pandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran. Di satu pihak terdapat astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam, perang-perang agama dan sebagainya dan di lain pihak muncullah ilmu pengetahuan alam modern serta mulai berpengaruhnya suatu perasaan hidup baru. Pada saat itu muncullah usaha-usaha penelitian empiris yang lebih giat yang pada akhirnya memunculkan sains bentuk baru.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru. Dalam bidang filsafat, zaman Renaissance kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun, diantara perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat. Descartes sering disebut sebagai tokoh pertama filsafat modern.

Perkembangan Ilmu pada Zaman Pra Yunani Kuno


Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun Sebelum Masehi sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini (dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat, 1996) antara lain : 
  • Alat-alat dari batu
  • Tulang belulang hewan
  • Sisa beberapa tanaman
  • Gambar di gua-gua
  • Tempat penguburan
  • Tulang belulang manusia purba

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat ditempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Beberapa faktor tersebut diantaranya : pada bangsa Yunani dan bangsa-bangsa sekitarnya terdapat suatu mitologi yang kaya dan luas, Kesusastraan Yunani berupa puisi karya Homeros yang sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif, dan pengaruh ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno.
Pada zaman pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan  berdasarkan  know how yang dilandasi pengalaman empiris. Disamping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara  one-to one correspondency atau mapping process, Contoh, cara menghitung hewan yang akan masuk dan keluar kandang dengan menggunakan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. Dengan demikian lama kelamaan mereka juga memperhatikan dan menemukan hal-hal lainnya.

Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Ilmu?


Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada dasarnya baik di Barat, India dan Cina muncul dari yang sifatnya religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu), dan di Cina dengan Confusiusnya Di Barat mitos dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah Zaman Kuno, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Modern dan masa kini. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Pembagian secara periodisasi filsafat Cina adalah Zaman Kuno, Zaman Pembauran, Zaman Neo-Konfusionisme, dan Zaman Modern. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan disini pembahasan mengacu kepemikiran filsafat di Barat.
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan  pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan  pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani Kuno dan diakhiri pada zaman kontemporer.

Selasa, 06 Desember 2016

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum


Implmentasi kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni :
a.         Karakteristik kurikulum: yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b.         Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c.         Karakteristik pengguna kurikulum: yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru sendiri. Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor yang lain.

Definisi implementasi


Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Berikut ini adalah pengertian implementasi menurut para ahli :
a.     Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab 2008;187) yang secara tegas menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup “proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.
b.     Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008: 68), implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
c.      Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65), implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu–individu / pejabat - pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
d.     Secara sederhana, implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2003:7) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.


Positivisme


     Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat dengan kiloan (timbangan atau neraca), dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas, ketiak panas. Kita juga tidak cukup mengatakan panas sekali, panas, tidak panas. Kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal, didukung bukti empiris yang terukur. “terukur” itulah sumbangan positivisme.
        Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivism itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
    Aliran empirisme dan rasionalisme mendapat kritik juga dari intuisionisme. Ini adlah aliran Bergson.

Teori Kebenaran Sintaksis


      Para penganut teori kebenaran sintaksis, berpangkal pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya. Dengan demikian suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang disyaratkan maka proposisi tidak mempunyai arti.
Teori di atas berkembang di antara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika. Misalnya suatu kalimat standar harus ada subjek dan predikat. Jika kalimat tidak ada subjek maka kalimat itu dinyatakan tidak baku atau bukan kalimat. Seperti ‘semua korupsi’, ini bukan kalimat standar karena tidak ada subjeknya.

Teori Kebenaran Berdasarkan Arti


     Proposisi itu ditinjau dari segi artinya atau maknyanya. Apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referen yang jelas. Oleh sebab itu, teori ini mempunyai tugas untuk menguakkan kasahan dari proposisi dalam referensinya. (Abbas Hamami M., 1982, hlm. 29)
     Teori kebenaran semantic dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat Bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa. Misalnya filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Pengetahuan tersebut dinyatakan benar kalau ada referensi yang jelas. Jika tidak mempunyai referensi yang jelas maka pengetahuan tersebut dinyatakan salah. 

Teori Kebenaran Inherensi


          Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.
      Kattsoff menguraikan tentang teori kebenaran pragmatis adalah penganut pragmatism melakukan ukuran kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi. Atau proposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan terhadap pengalaman, pernyataan itu adalah benar. Misalnya pengetahuan naik bis, kemudian akan turun dan bilang kepada kondektur ‘kiri’, kemudian bis berhenti di posisi kiri. Dengan berhenti di posisi kiri, penumpang bisa turun dengan selamat. Jadi, mengukur kebenaran bukan dilihat karena bis berhenti di posisi kiri, namun penumpang bisa turun dengan selamat karena berhenti di posisi kiri.

Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian


       Teori kebenaran korespodensi adalah teori kebenaran yang paling awal dan paling tua. Teori tersebut berangkat dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan segala sesuatu yang diketahui adalah suatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek. (Abbas HAmami, 1996, hlm. 116)
        Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan. Misalnya pengetahuan, ‘air akan menguap jika dipanasi sampai dengan 100 derajat’. Pengetahuan tersebut dinyatakan benar kalu kemuadian dicoba memanasi air dan diukur samapi seratus derajat, apakah air menguap! Jika terbukti tidak menguap maka pengetahuan tersebut dinyatakan salah, dan jika terbukti air menguap, maka pengetahuan tersebut dinyatakan benar.

Teori Kebenaran Saling Berhubungan


      Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoz, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi dijelaskan “…suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita”.
     Dengan memperhatikan pendapat Kattsoff tersebut, dapat diungkapkan bahwa suatu proposisi itu benar bila mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar, atau proposisi itu mempunyai hubungan dengan proposisi yang terdahulu yang benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melalui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika apabila merupakan pernyataan yang bersifat logis.
     Sebagai contoh, kita mempunyai pengetahuan bahwa runtuhnya kerajaan Majapahit adalah tahu 1478. Dalam hal ini kita tidak dapat membuktikan secara langsung dari isi pengetahuan itu, melainkan hanya dapat membuktikan melalui hubungan dengan proposisi yang terdahulu, baik dalam buku-buku sejarah atau peninggalan sejarah yang mengungkapkan kejadian itu. 

Penemuan Kebenaran Melalui Penelitian Ilmiah


     Cara mencari kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai pada taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logis dan koheren. Artinya, dituntut adanya sistem dalam metode maupun dalam hasilnya.
Jadi, susunannya logis. Ciri lainnya adalah universalitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif, artinya terpimpin oleh objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subjektif. Agar penelitian ilmiah dapat dijamin objektivitasnya, tuntutan intersubjektivitas perlu dipenuhi. Penelitian ilmiah juga harus diverifikasi oleh semua peneliti yang relevan. Prosedur penelitian harus terbuka untuk diperksia oleh ilmuwan yang lain. Oleh karena itu, penelitian ilmiah harus dapat dikomunikasikan.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Jurgen Habermas


    Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses kepada realtias, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini Ignas Kleden menunjukkan tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu.
     Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi, dan kekuasaan. Kerja dibimbing oleh kepentingan yang bersifat teknis, interaksi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat praktis, sedangkan kekuasaan dibimbing oleh kepentingan yang bersifat emansipatoris. Ketiga kepentingan ini memperngaruhi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris-analitis, ilmu historis-hermeneutis, dan ilmu sosial kritis (ekonomi, sosiologi, dan politik)

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S. Kuhn


Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigm, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret. Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagi berikut.
        Tahap pertama, paradigma ini membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal (normal science). Di sini para ilmuwan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersifat kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya. Selama menjalankan aktivitas ilmiah para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya, ini dinamakan anomaly. Anomaly adalah suatu keadaan yag memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.
Tahap kedua, menumpuknya anomaly menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal.
        Tahap ketiga, para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama dnegan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan maslaah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Auguste Comte


   Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disuse dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin konkret. Oleh Karena itu dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memilai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala-gejala yang letaknya paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalm penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut.
a.   Ilmu pasti (matematika)
b.   Ilmu perbintangan (astronomi)
c.   Ilmu alam (fisika)
d.   Ilmu kimia
e.   Ilmu hayat (fisiologi dan biologi)
f.   Fisika sosial (sosiologi)

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Karl Raimund Popper


Karl Popper lahir di Wina, Austria. Ia dikenal sebagai filsuf yang sangat berpengaruh dibidang sains dan politik. Sedemikian pengaruhnya sehingga Sir Peter Medewar, peraih nobel bidang kedokteran, mengatakan bahwa Karl Popper tak ada duanya sebagai filsuf ilmu terbesar yang pernah ada. Tak hanya Medewar, J. Monod dan Sir John Eccles, peraih nobel, juga mengakuinya. Karl Popper, selain ahli dibidang sains dan politik, juga dikenal sebagai seorang yang ahli matematika dan astronomi teoritis. Buku yang paling berpengaruh adalah The Open Society and Its Enemies (1950).
Beberapa gagasan dasar lingkungan wina. Pertama tama-tama ia ,menentang pembedaan antara ungkapan yang disebut bermakna (meaningful) dari yang tidak bermakna (meaningless) berdasarkan kriterium dapat tidak nya di benarkan secara empiris. Pokok demarkasi terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan bersangkutan. Poper tidak dapat di tentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis. Ciri ilmiah ialah bahwa dapat di buktikan salah (it can be falsified) untuk mencapai pandangan ini poper menggunakan kebenaran logis yang sebenarnya sederhana sekali. Dalam perkataan popper sendiri : “Dengan observasi terhadap angsa-angsa putih, betapapun besar jumlahnya, orang tidak dapat sampai pada kesimpulan bahwa semua angsa berwarna putih, tetapi sementara itu cukup satu kali observasi terhadap seekor angsa hitam untuk menyangkal pendapat tadi.
Menurut Popper dengan cara itulah hukum-hukum ilmiah berlaku : bahwa bukannya dapat dibenarkan melainkan dapat dibuktikan salah. Popper beranggapan bahwa suatu teori baru akan diterima kalau sudah ternyata bahwa ia dapat meruntuhkan teori lama yang ada sebelumnya. Pengujian kedua kekuatan teori itu akan dilakukan melalui suatu tes empiris, yaitu tes yang direncanakan untuk membuktikan salah apa yang diujinya. Disini pengetahuan maju bukan karena akumulasi pengetahuan, melainkan lewat proses eliminasi yang semakin keras terhadap kemungkinan kekeliruan dan kesalahan. Maka ilmu pengetahuan maju dengan cara kian mendekati. Ini berarti menyangkut error elimination terus-menerus.