Metode
Kritis (Plato dan Socrates)
Metode ini bersifat praktis dan
dijalankan dalam percakapan-percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta,
melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan
orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu. Misalnya seorang negarawan
mempunyai pendapat tertentu mengenai keahliannya, kepada mereka dan kepada
warga Negara Athena lainnya, Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai
pekerjaan mereka dan soal-soal praktis dalam hidup seorang manusia.
Socrates selalu mulai dengan menganggap
jawaban pertama sebagai suatu hipotesis dan dengan pertanyaan lebih lanjut ia
menarik segala konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika
ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena membawa
konsekuensi yag mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain.
Hipotesis kedua ini diselidiki dengan pertanyaan lain dari pihak Socrates dan
seterusnya begitu.
Metode Socrates tersebut biasanya disebut
dialektika karena dialog atau wawancara mempunyai peranan hakiki di dalamnya.
Dalam suatu kutipan yang terkenal dari dialog Theaitetos, Socrates sendiri
mengusulkan nama lain untuk menunjukkan metodenya, yaitu maieutike tekne (seni
kebidanan). Seperti ibunya adalah seorang bidan, tetapi Socrates tidak menolong
badan bersalin, melainkan Socrates membidani jiwa-jiwa. Socrates sendiri tidak
menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan pertanyaan ia membidani pengetahuan
yang terdapat dalam jiwa orang lain. Dengan pertanyaan lebih lanjut ia menguji
nilai pikiran yang sudah dilahirkan.
Dengan cara dialog tersebut Socrates
menemukan suatu cara berpikir induksi, maksudnya berdasarkan beberapa
pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan
yang bersifat umum. (Sudarsono,1993,hlm. 88-90)
0 komentar:
Posting Komentar