Jumat, 02 Desember 2016

Metode Kritis


Metode Kritis (Plato dan Socrates)
   Metode ini bersifat praktis dan dijalankan dalam percakapan-percakapan. Socrates tidak menyelidiki fakta-fakta, melainkan ia menganalisis berbagai pendapat atau aturan-aturan yang dikemukakan orang. Setiap orang mempunyai pendapat tertentu. Misalnya seorang negarawan mempunyai pendapat tertentu mengenai keahliannya, kepada mereka dan kepada warga Negara Athena lainnya, Socrates mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pekerjaan mereka dan soal-soal praktis dalam hidup seorang manusia.
      Socrates selalu mulai dengan menganggap jawaban pertama sebagai suatu hipotesis dan dengan pertanyaan lebih lanjut ia menarik segala konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena membawa konsekuensi yag mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain. Hipotesis kedua ini diselidiki dengan pertanyaan lain dari pihak Socrates dan seterusnya begitu.
      Metode Socrates tersebut biasanya disebut dialektika karena dialog atau wawancara mempunyai peranan hakiki di dalamnya. Dalam suatu kutipan yang terkenal dari dialog Theaitetos, Socrates sendiri mengusulkan nama lain untuk menunjukkan metodenya, yaitu maieutike tekne (seni kebidanan). Seperti ibunya adalah seorang bidan, tetapi Socrates tidak menolong badan bersalin, melainkan Socrates membidani jiwa-jiwa. Socrates sendiri tidak menyampaikan pengetahuan, tetapi dengan pertanyaan ia membidani pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain. Dengan pertanyaan lebih lanjut ia menguji nilai pikiran yang sudah dilahirkan.
       Dengan cara dialog tersebut Socrates menemukan suatu cara berpikir induksi, maksudnya berdasarkan beberapa pengetahuan mengenai masalah-masalah khusus memperoleh kesimpulan pengetahuan yang bersifat umum. (Sudarsono,1993,hlm. 88-90)

0 komentar:

Posting Komentar