Metode
Intuisi (Platinus dan Henri Bergson)
Guna menyelami hakikat segala kenyataan
diperlukan intuisi yaitu suatu tenaga rohani, suatu kecakapan yang dapat
melepaskan diri dari akal, kecakapan untuk menyimpulkan serta meninjau dengan
sadar. Intuisi adalah naluri yang telah mendapatkan kesadaran diri, yang telah
diciptakan untuk memikirkan sasaran serta memperluas sasaran itu menurut
kehendak sendiri tanpa batas. Intuisi adalah suatu bentuk pemikiran yang
berbeda dengan pemikiran akal, sebab pemikiran intuisi bersifat dinamis. Fungsi
intuisi ialah untuk mengenal hakikat pribadinya atau ‘aku’ dengan lebih murni
dan untuk mengenal hakikat seluruh kenyataan. Hakikat yang sebenarnya, baik dari
‘aku’ maupun dari ‘seluruh kenyataan’ oleh intuisi dilihat sebagai
‘kelangsungan murni’ atau ‘masa murni’, yang keadaannya berbeda sekali dengan
‘waktu’ yang dikenal akal.
Akal, jika ingin mengerti keadaan suatu
kenyataan, kenyataan itu dianalisis, dibongkar dalam banyak unsur. Unsur yang
satu dibedakan dengan yang lain, dipisahkan dari yang lain, dan ditempatkan
yang satu di samping yang lain serta sesudah yang lain, artinya akal memikirkan
kembali unsur-unsur itu dalam ruang dan waktu. Kerja akal yang demikian itu
oleh Bergson disebut kerja yang sinematografis.
Prinsip metode Platinus adalah harmoni,
maksudnya mengumpulkan banyak bahan dari beberapa filsuf lain kemudian
disbanding-bandingkan dan ditimbang-timbang kembali sehingga dapat diberi
tafsiran baru. Selanjutnya ia cari kebenaran dnegan jalan yang sangat rumit
(kompleks).
0 komentar:
Posting Komentar