Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah
filsafat yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai
pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber
pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak
filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. (Prof. Dr. Juhaya S. Praja, 2008:114)
Kant
mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat
objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat
sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini muncul karena
pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang
harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?. (Drs. A.
Susanto, M.Pd, 2011:38)
Filsafat
Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya mengkritik pandangan
empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang bertentangan dalam
filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan. Kant kemudian menyatakan
bahwa kedua pandangan ini berat sebelah. Kant berusaha menganalisis
syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional manusia serta dimensinya
yang murni teoritis dan praktis-etis dengan menggunakan rasio itu sendiri.
Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis terhadap kegiatan akal-budi,
lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal budi itu. Analisi itu
bersifat kritis dan bukan psikologi dengan mencari daya/potensi yang berperan
dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih bersifat kritis logis yang meneliti
hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama lain. (Dr. Akhyar Yusuf
dan Irawan, M. Hum, 201:5.6)
Ciri-ciri
Kritisime dapat dapat di simpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut :
a. Menganggap
objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek
b. Menegaskan
keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c. Menjelaskan
bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara
peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta
berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang berasal dari pengalaman
yang berupa materi. (Drs.
A. Susanto, M.Pd, Op. Cit. hlm 39)
Immanuel
Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan
tulisan-tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi yang jauh
jangkauannya dalam filsafat modern. Ia terpengaruh oleh lahiran Piettisme dari
ibunya, tetapi ia hidup dalam zaman SCEPTISM serta membaca karangan-karangan
Voltaire dan Hume. Akibat dari itu semua ialah bahwa ia mempunyai problema
: what can we know? (apa yang dapat kita ketahui?) what is
nature and what are the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan
apakah batas-batas pengetahuan manusia itu?) sebagian besar hidupnya telah ia
pergunakan untuk mempelajari logical process of thought (proses
penalaran logis), the external world (dunia eksternal)
dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
Kehidupannya
sebagai filsuf dibagi dalam dua periode :
Zaman
pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian
rasionalis yang dilancarkan oleh wolff dkk. Tetapi, karena terpengaruh oleh
Hume, berangsur-angsur kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan
bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman
kritisnya, kant merubah wajah filsafatinya secara radikal. Ia menanamkan
filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme. (Prof. Dr. Juhaya
S. Praja, op. Cit. hlm 115)
Karyanya
yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah kritik der reinen
vernunft reason dan Critique of Pure Reason yang
membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya selama lima
belas tahun. Buku ini amat terkenal di dunia filsafat. Dalam literatur bahasa
indonesia biasanya disebut “kritik atas rasio praktis”. Buku kedua adalah Kritik
der Practischen Vernunft (1781) atau biasa disebut Critique of
Practical Reason alias Kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique
of judgement alias kritik atas daya pertimbangan. (Ibid., hlm 116)
Filsafat ini memulai pelajarannya
dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan
manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat
modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama
dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan,
etika dan estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah sebagai berikut:
- Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabannya
adalah “Metafisika”
Metafisika adalah studi keberadaan atau
realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah
sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam
semesta? Cabang utama metafisika adalah ontology, studi mengenai kategorisasi benda-benda di
alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Tokoh filsuf empirisme David Hume
menghancurkan segala kemungkinan munculnya kembali sistem metafisika yang
mengklaim kemampuan rasio (akal) manusia mencapai realitas sesungguhnya. Hume
hanya mau bersandar pada apa yang bisa diamati melalui inderawi. Kritik pedas
Hume pada metafisika membangunkan Kant dari tidur dogmatisnya menurut Kant
(1997). Dari Hume, Kant menyadari bahwa disiplin metafisika telah melalaikan
keterbatasan pengetahuan manusia dalam memahami realitas sesungguhnya.
Pemikiran Hume dan Kant meminjam
istilah posmodernisme, disebut narasi besar yakni ingin mempertanyakan kembali
wacana wacana metafisik yang selalu bergulat. Gagasan metafisis tentang Tuhan,
esensi, substansi, hakiki, ruh sulit diterima karena bersifat apriori.
Berbeda dengan Hume yang menolak
metafisika, Kant mempertanyakan metafisika untuk merekonstruksi metafisika yang
sudah ada. Ia membuang metafisika tradisional yang diwariskan Aristoteles
(filsuf Yunani) dan Thomas (filsuf skolastik) dengan eviden sebagai dasarnya.
Eviden yang dimaksud Kant adalah dualisme kritisisme yang ekstrem yakni
pengetahuan dan kenyataan yang terpisah oleh jurang yang tidak dapat
diseberangi.
Metafisika tradisional menganggap
Tuhan sebagai causa prima (penyebab pertama dari segala sesuatu). Asumsi
ini ditolak Kant. Menurutnya Tuhan bukanlah obyek pengalaman dengan kategori
kausalitas pada tingkat akal budi (verstand), melainkan ada pada bidang atau
pandangan yang melampaui akal budi, yakni bidang rasio (vernunft). Bagi Kant,
pembuktian Tuhan sebagai causa prima tidak bisa diterima. Ada tidaknya Tuhan
mustahil dibuktikan. Tuhan ditempatkan Kant sebagai postulat bagi tindakan
moral pada rasio praktis.
Langkah awal Kant dalam
merekonstruksi metafisika adalah mengungkapkan dua keputusan yakni sintetik dan
analitik seperti dimuat dalam Critique of Pure Reason (Kritik Rasio
Murni). Keputusan sintetik adalah keputusan dengan predikat tidak ada dalam
konsep subyek yang artinya menambahkan sesuatu yang baru pada subyek menurut Adian
(2000). Keputusan analitik adalah keputusan dengan predikat terkandung dalam
subyek. Misalnya proposisi semua tubuh berkeluasan. Predikat berkeluasan sudah
terkandung dalam semua tubuh menurut Adian (2000).
Menurut Kant, dalam metafisika
tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik a priori seperti yang ada
di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris.
Kant menamakan metafisika sebagai “ilusi transenden” (a transcendental
illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai
epistemologis.
Siapa saya? Saya adalah manusia yang hidup di era
yang segalanya serba canggih, di era ini teknologi semakin berkembang sangat
pesat, saya sebagai mahasiswa juga harus lebih pintar dan cerdas dalam menyikapi segala sesuatunya yang semakin berkembang,
tak hanya teknologi yang berkembang. Sekarang pergaulan pun juga harus disaring
lebih dahulu, mana teman yang seharusnya kita temani ataupun tidak, kelemahan
saya ialah saya terlalu baik kepada setiap orang, apalagi dengan orang yang
baru saya kenal, nah dari kebaikan yang saya berikan, terkadang saya selalu
dimanfaatkan karena keluguan saya. Kelemahan yang saya miliki lainnya, setelah
memasuki jenjang perguruan tinggi saya sangat malas dalam hal belajar. Kelemahan
saya yang lainnya juga ialah saya sangat pelupa. Kelebihan saya, saya sangat
suka menggambar dan juga mewarnai, karena saya menyukai seni. Dan kelebihan
saya, saya suka menabung. Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan saya ini
maka saya akan dapat merencanakan masa depan saya.
- Apakah yang boleh kita lakukan? Jawabannya
adalah “Etika”
Etika diperlukan untuk mencari tahu
apa yang seharusnya dilakukan manusia. Secara metodologis, etika memerlukan
sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Sehingga etika
merupakan suatu ilmu dengan objeknya adalah tingkah laku manusia dengan sudut
pandang normatif.
Pemikiran berhubungan dengan
moralitas sebelum Kant dicari dalam tatanan alam (Stoa, Spinoza), hukum kodrat
(Thomas Aquinas), hasrat mencapai kebahagiaan (filsafat pra Kant), pengalaman
nikmat atau hedon (Epikuros), perasaan moral (David Hume), kehendak Tuhan
(Agustinus, Thomas Aquinas).
Filsafat moral Kant menyatakan
kesadaran moral merupakan fakta yang tidak dapat dibantah meskipun bukan obyek
inderawi, namun membuka kenyataan bidang realitas adi inderawi. Sehingga
satu-satunya cara untuk klaim moralitas atas keabsahan universal melalui subyek
itu sendiri.
Karya Kant tentang filsafat moral
antara lain The Foundations of the Methaphysics of Morals (1785), Critique of
Practical Reason (1788), dan Metaphysics of Morals (1797). Dua buku pertama
meletakkan etika dasar etika. Metafisika moral menguraikan norma dan keutamaan
moral.
Kant mengembangkan prinsip etika
dari paham akal budi praktis. Kant mengandaikan baik bukan hanya dari beberapa
segi, tetapi baik secara mutlak. Menurut Kant, yang baik tanpa pembatasan sama
sekali adalah kehendak baik. Kehendak baik selalu baik dan dalam kebaikannya
tidak tergantung pada sesuatu di luarnya (otonom). Orang berkehendak baik
karena menguntungkan, tergerak oleh perasaan belas kasih, memenuhi kewajiban
demi kewajiban. Kehendak baik karena memenuhi kewajiban demi kewajiban disebut
Kant sebagai moralitas.
Pengukuran moralitas menurut Kant
bukan pada hasil. Karena perbuatan baik tidak membuktikan kehendak baik. Tetapi
pada kehendak pelaku apakah ditentukan oleh kenyataan bahwa perbuatan itu
kewajibannya. Kant selalu merasa bahwa perbedaan antara benar dan salah adalah
masalah akal, bukan perasaan (Gaarder, 1999). Teori moralitas Kant disebut
Imperatif Kategoris yang diciptakan dengan penekanan kepada otonomi individu
dalam mengambil keputusan moral. Imperatif kategoris merupakan suatu panduan
untuk menguji apakah suatu tindakan dapat disebut bermoral atau tidak.
- Sampai di manakah pengharapan kita? Jawabannya
adalah “Epistemologi”
Epistemologi atau teori pengetahuan
berhubungan dengan hakikat ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian,
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap manusia yang diperoleh melalui akal dan panca indera
dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Kant menganggap kondisi tertentu
dalam pikiran manusia ikut menentukan konsepsi. Apa yang kita lihat dianggap
sebagai fenomena dalam ruang dan waktu yang disebut bentuk intuisi, mendahului
setiap pengalaman. Untuk pengenalan, Kant berargumen bahwa obyek mengarahkan
diri ke subyek. Tidak seperti filsuf sebelumnya yang mencoba mengerti
pengenalan dengan mengandaikan bahwa subyek mengarahkan diri ke obyek.
Kant menyatakan bahwa pengetahuan
manusia muncul dari dua sumber utama dalam benak yakni fakultas penerimaan
kesan-kesan inderawi (sensibility) dan fakultas pemahaman (understanding) yang
membuat keputusan-keputusan tentang kesan-kesan inderawi yang diperoleh melalui
fakultas pertama.
Kedua fakultas saling membutuhkan
dalam rangka mencapai suatu pengetahuan. Fakultas penerimaan bertugas menerima
kesan-kesan yang masuk dan menatanya dengan pengetahuan a apriori intuisi ruang
dan waktu. Fakultas pemahaman bertugas memasak yaitu menyatukan dan
mensintesakan pengalaman-pengalaman yang telah diterima dan ditata oleh
fakultas penerima selanjutnya diputuskan.
Dalam bekerja, fakultas pemahaman
memiliki sarana yang disebut kategori terdiri dari 12 item menjadi syarat
apriori. Kedua belas kategori ini adalah kuantitas (universal,
particular, singular), kualitas (affirmative, negative, infinitive),
relasi (categorical, hypothetical, disjunctive) dan modalitas (problematical,
assertorical, apotidical).
Menurut Kant meskipun seluruh ide
dan konsep manusia bersifat apriori sehingga ada kebenaran apriori, namun ide
dan konsep hanya dapat diaplikasikan apabila ada pengalaman. Tanpa pengalaman,
seluruh ide dan konsep serta kebenaran tidak akan pernah bisa diaplikasikan.
Akal budi manusia hanya bisa berfungsi bila dihubungkan dengan pengalaman. Oleh
karena itu akal budi dan pengalaman inderawi, tidak dapat dianggap sebagai
dasar menyatakan keberadaan Tuhan. Bagi Kant, eksistensi Tuhan diperlukan
sebagai postulat bagi kehidupan moralitas (Hick, 1979). Pembahasan epistemologi
Kant dikaitkan dengan dua karyanya Kritik atas Rasio Murni dan Kritik Rasio
Praktis.
- Apakah manusia itu? Jawabannya
adalah “Antropologi”
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang
menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam),
dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos)
yang berarti "Manusia" atau "orang", dan logos yang
berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar",
"berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang
memelajari manusia.
Antropologi bertujuan untuk lebih
memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk
sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena
itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan
fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal
kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya dalam
menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam
perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview).
Dengan orientasinya yang holistik,
antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu:
antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik.
Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam
kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode
penelitian yang berbeda.
Visi Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
Terwujudnya universitas terbaik yang
memiliki kemandirian, kekreativan, inovasi, unggul, dan kompetitif dalam bidang
pendidikan, penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
Visi Operasional Rektor Untirta
periode 2011-2015
Rektor
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa periode 2011-2015 dalam menjalankan fungsi
dan misi Tridharma Perguruan Tinggi mengacu kepada visi Operasional yang
terdiri dari :
Visi :
Universitas Sultan Agung Tirtayasa maju, bermutu dan berkarakter
Dalam kebersamaan
Motto : kerja keras dan cerdas yang dilandasi keikhlasan bernilai
ibadah
Prinsip : Prestasi, komitmen, kebersamaan dan tanggung jawab
Filosofi : Memberikan layanan yang terbaik, amanah, dan profesional
2. Misi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a.
Menyelenggarakan pendidikan tinggi
dengan kualitas terbaik dan relevan dengan kebutuhan mayarakat masa kini dan
mendatang
b.
Meningkatkan kualitas dosen dan
tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan berbagai program pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan
stakeholders
c.
Membangun dan mengembangkan jaringan
kerja (networking) untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama
d.
Membangu dan mengembangkan sistem
manajemen mutu menuju efisiensi dan profesionalitas
e.
Megembangkan sistem teknologi
informasi (STI) yang dapat memacu terwujudnya perguruan tinggi yang unggul,
mandiri, kreatif, inovatif, dan kompetitif
f.
Meningkatkan tanggung jawab sosial
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bersama pemerintah daerah membawa
modernisasi dan memelihara nilai luhur (Banten).
3. Tujuan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a.
Menyiapkan dan menghasilkan tenaga
ahli yang berkemampuan akademik, profesi, atau vokasi yang beriman dan bertaqwa
kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
kompetitif, mandiri dan manjadi warga negara demokratis, serta bertanggungjawab
untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia
b.
Mengembangkan Untirtaa sebagai pusat
unggulan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni untuk kemaslahatan umat manusia.
Dalam hal pendidikan pengaharapan
selalu ada, bahkan di setiap detiknya pengharapan selalu terlintas dalam benak
manusia. Kesadaran yang menjadikan manusia mampu untuk mengharap penuh akan apa
yang telah ia lakukan dan yang akan di lakukan selanjutnya. Ketika dalam
menjalani sebuah pendidikan harapan yang kian membesar akan kesuksesan, ilmu
yang berkecukupan, dan pengalaman yang akan diraih untuk mampu membawa kepada
pengabdian masyarakat dan menjalin suatu hubungan antara masyarakat dan lembaga
untuk menghadapi masa yang serba pengetahuan. Dimana pengetahuan mampu membawa
kearah yang lebih baik, dari segi moral maupun fisik yang dirasa, di lihat dan
di harapkan.
Tentu saja melihat dari visi misi
UNTIRTA yang mana lebaga yang saya duduki sekarang terlihat begitu
menggairahkan dalam artian mampu membawa sebuah pengaharapan baru untuk menuju
kea rah yang maju dan lebih baik lagi,
akan tetapi kadang apa yang diharapkan adakalanya tak sesuai, akan tetapi tidak
lepas dari sebuah perjuangan untuk mencapai suatu tujuan yang telah di
tentukan. Disisi lain Saya berharap mampu mendapatkan ilmu pengetahuan yang
lebih luas beserta pengalaman yang jauh dari pendidikan yang sedang saya tempuh
di perkuliahan ini, baik dalam ilmu dunia maupun ilmu agama. Untuk menopang
saya ke depannya agar menjadi apa yang di harapakan orang banyak serta mampu
menjadi orang yang berpengaruh dalam masyarakat sekitar yang ada. Harapan saya
begitu besar akan tujuan kedepannya dalam mencari ilmu di untirta ini. Harapan
saya juga mampu mencerdasakan orang-orang di sekitar saya, sadar akan
pentingnya sebuah ilmu dan pendidikan. Dan yang lebih utama kesuksesan agar
melihat orang tua bisa tersenyum lebar