Selasa, 10 Januari 2017

Artikel UAS Filsafat Pendidikan


Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. (Prof. Dr. Juhaya S. Praja, 2008:114)
Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini muncul karena pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?. (Drs. A. Susanto, M.Pd, 2011:38)
Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya mengkritik pandangan empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan yang bertentangan dalam filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan. Kant kemudian menyatakan bahwa kedua pandangan ini berat sebelah. Kant berusaha menganalisis syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis dengan menggunakan rasio itu sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis terhadap kegiatan akal-budi, lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-batas akal budi itu. Analisi itu bersifat kritis dan bukan psikologi dengan mencari daya/potensi yang berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih bersifat kritis logis yang meneliti hubungan antar unsur-unsur isi pengertian satu sama lain.  (Dr. Akhyar Yusuf dan Irawan, M. Hum, 201:5.6)
Ciri-ciri Kritisime dapat dapat di simpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut :
a.  Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek
b.  Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
c.  Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi. (Drs. A. Susanto, M.Pd, Op. Cit. hlm 39) 
Immanuel Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern. Ia terpengaruh oleh lahiran Piettisme dari ibunya, tetapi ia hidup dalam zaman SCEPTISM serta membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume. Akibat dari itu semua ialah bahwa ia mempunyai problema : what can we know? (apa yang dapat kita ketahui?) what is nature and what are the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia itu?) sebagian besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of thought (proses penalaran logis), the external world (dunia eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode :
Zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh wolff dkk. Tetapi, karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, kant merubah wajah filsafatinya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme. (Prof. Dr. Juhaya S. Praja, op. Cit. hlm 115)
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah kritik der reinen vernunft reason dan Critique of Pure Reason yang membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya selama lima belas tahun. Buku ini amat terkenal di dunia filsafat. Dalam literatur bahasa indonesia biasanya disebut “kritik atas rasio praktis”. Buku kedua adalah Kritik der Practischen Vernunft (1781) atau biasa disebut Critique of Practical Reason alias Kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of  judgement alias kritik atas daya pertimbangan. (Ibid., hlm 116)
Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Apakah yang dapat kita ketahui? Jawabannya adalah “Metafisika”

Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Cabang utama metafisika adalah ontology,  studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.
Tokoh filsuf empirisme David Hume menghancurkan segala kemungkinan munculnya kembali sistem metafisika yang mengklaim kemampuan rasio (akal) manusia mencapai realitas sesungguhnya. Hume hanya mau bersandar pada apa yang bisa diamati melalui inderawi. Kritik pedas Hume pada metafisika membangunkan Kant dari tidur dogmatisnya menurut Kant (1997). Dari Hume, Kant menyadari bahwa disiplin metafisika telah melalaikan keterbatasan pengetahuan manusia dalam memahami realitas sesungguhnya.
Pemikiran Hume dan Kant meminjam istilah posmodernisme, disebut narasi besar yakni ingin mempertanyakan kembali wacana wacana metafisik yang selalu bergulat. Gagasan metafisis tentang Tuhan, esensi, substansi, hakiki, ruh sulit diterima karena bersifat apriori.
Berbeda dengan Hume yang menolak metafisika, Kant mempertanyakan metafisika untuk merekonstruksi metafisika yang sudah ada. Ia membuang metafisika tradisional yang diwariskan  Aristoteles (filsuf Yunani) dan Thomas (filsuf skolastik) dengan eviden sebagai dasarnya. Eviden yang dimaksud Kant adalah dualisme kritisisme yang ekstrem yakni pengetahuan dan kenyataan yang terpisah oleh jurang yang tidak dapat diseberangi.
Metafisika tradisional menganggap Tuhan sebagai causa prima (penyebab pertama dari segala sesuatu). Asumsi ini ditolak Kant. Menurutnya Tuhan bukanlah obyek pengalaman dengan kategori kausalitas pada tingkat akal budi (verstand), melainkan ada pada bidang atau pandangan yang melampaui akal budi, yakni bidang rasio (vernunft). Bagi Kant, pembuktian Tuhan sebagai causa prima tidak bisa diterima. Ada tidaknya Tuhan mustahil dibuktikan. Tuhan ditempatkan Kant sebagai postulat bagi tindakan moral pada rasio praktis.
Langkah awal Kant dalam merekonstruksi metafisika adalah mengungkapkan dua keputusan yakni sintetik dan analitik seperti dimuat dalam Critique of Pure Reason (Kritik Rasio Murni). Keputusan sintetik adalah keputusan dengan predikat tidak ada dalam konsep subyek yang artinya menambahkan sesuatu yang baru pada subyek menurut Adian (2000). Keputusan analitik adalah keputusan dengan predikat terkandung dalam subyek. Misalnya proposisi semua tubuh berkeluasan. Predikat berkeluasan sudah terkandung dalam semua tubuh menurut Adian (2000).
Menurut Kant,  dalam metafisika tidak terdapat pernyataan-pernyataan sintetik a priori seperti yang ada di dalam matematika, fisika dan ilmu-ilmu yang berdasar kepada fakta empiris.  Kant menamakan metafisika sebagai “ilusi transenden” (a transcendental illusion). Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisika tidak memiliki nilai epistemologis.  
Siapa saya? Saya adalah manusia yang hidup di era yang segalanya serba canggih, di era ini teknologi semakin berkembang sangat pesat, saya sebagai mahasiswa juga harus lebih pintar dan cerdas dalam menyikapi  segala sesuatunya yang semakin berkembang, tak hanya teknologi yang berkembang. Sekarang pergaulan pun juga harus disaring lebih dahulu, mana teman yang seharusnya kita temani ataupun tidak, kelemahan saya ialah saya terlalu baik kepada setiap orang, apalagi dengan orang yang baru saya kenal, nah dari kebaikan yang saya berikan, terkadang saya selalu dimanfaatkan karena keluguan saya. Kelemahan yang saya miliki lainnya, setelah memasuki jenjang perguruan tinggi saya sangat malas dalam hal belajar. Kelemahan saya yang lainnya juga ialah saya sangat pelupa. Kelebihan saya, saya sangat suka menggambar dan juga mewarnai, karena saya menyukai seni. Dan kelebihan saya, saya suka menabung. Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan saya ini maka saya akan dapat merencanakan masa depan saya.
  •  Apakah yang boleh kita lakukan? Jawabannya adalah “Etika”

Etika diperlukan untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan manusia. Secara metodologis, etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Sehingga etika merupakan suatu ilmu dengan objeknya adalah tingkah laku manusia dengan sudut pandang normatif.
Pemikiran berhubungan dengan moralitas sebelum Kant dicari dalam tatanan alam (Stoa, Spinoza), hukum kodrat (Thomas Aquinas), hasrat mencapai kebahagiaan (filsafat pra Kant), pengalaman nikmat atau hedon (Epikuros), perasaan moral (David Hume), kehendak Tuhan (Agustinus, Thomas Aquinas).
Filsafat moral Kant menyatakan kesadaran moral merupakan fakta yang tidak dapat dibantah meskipun bukan obyek inderawi, namun membuka kenyataan bidang realitas adi inderawi. Sehingga satu-satunya cara untuk klaim moralitas atas keabsahan universal melalui subyek itu sendiri.
Karya Kant tentang filsafat moral antara lain The Foundations of the Methaphysics of Morals (1785), Critique of Practical Reason (1788), dan Metaphysics of Morals (1797). Dua buku pertama meletakkan etika dasar etika. Metafisika moral menguraikan norma dan keutamaan moral.
Kant mengembangkan prinsip etika dari paham akal budi praktis. Kant mengandaikan baik bukan hanya dari beberapa segi, tetapi baik secara mutlak. Menurut Kant, yang baik tanpa pembatasan sama sekali adalah kehendak baik. Kehendak baik selalu baik dan dalam kebaikannya tidak tergantung pada sesuatu di luarnya (otonom). Orang berkehendak baik karena menguntungkan, tergerak oleh perasaan belas kasih, memenuhi kewajiban demi kewajiban. Kehendak baik karena memenuhi kewajiban demi kewajiban disebut Kant sebagai moralitas.
Pengukuran moralitas menurut Kant bukan pada hasil. Karena perbuatan baik tidak membuktikan kehendak baik. Tetapi pada kehendak pelaku apakah ditentukan oleh kenyataan bahwa perbuatan itu kewajibannya. Kant selalu merasa bahwa perbedaan antara benar dan salah adalah masalah akal, bukan perasaan (Gaarder, 1999). Teori moralitas Kant disebut Imperatif Kategoris yang diciptakan dengan penekanan kepada otonomi individu dalam mengambil keputusan moral. Imperatif kategoris merupakan suatu panduan untuk menguji apakah suatu tindakan dapat disebut bermoral atau tidak.
  • Sampai di manakah pengharapan kita? Jawabannya adalah “Epistemologi”

Epistemologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia yang diperoleh melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
Kant menganggap kondisi tertentu dalam pikiran manusia ikut menentukan konsepsi. Apa yang kita lihat dianggap sebagai fenomena dalam ruang dan waktu yang disebut bentuk intuisi, mendahului setiap pengalaman. Untuk pengenalan, Kant berargumen bahwa obyek mengarahkan diri ke subyek. Tidak seperti filsuf sebelumnya yang mencoba mengerti pengenalan dengan mengandaikan bahwa subyek mengarahkan diri ke obyek.
Kant menyatakan bahwa pengetahuan manusia muncul dari dua sumber utama dalam benak yakni fakultas penerimaan kesan-kesan inderawi (sensibility) dan fakultas pemahaman (understanding) yang membuat keputusan-keputusan tentang kesan-kesan inderawi yang diperoleh melalui fakultas pertama.
Kedua fakultas saling membutuhkan dalam rangka mencapai suatu pengetahuan. Fakultas penerimaan bertugas menerima kesan-kesan yang masuk dan menatanya dengan pengetahuan a apriori intuisi ruang dan waktu. Fakultas pemahaman bertugas memasak yaitu menyatukan dan mensintesakan pengalaman-pengalaman yang telah diterima dan ditata oleh fakultas penerima selanjutnya diputuskan.
Dalam bekerja, fakultas pemahaman memiliki sarana yang disebut kategori terdiri dari 12 item menjadi syarat apriori.  Kedua belas kategori ini adalah  kuantitas (universal, particular, singular), kualitas (affirmative, negative, infinitive), relasi (categorical, hypothetical, disjunctive) dan modalitas (problematical, assertorical, apotidical).
Menurut Kant meskipun seluruh ide dan konsep manusia bersifat apriori sehingga ada kebenaran apriori, namun ide dan konsep hanya dapat diaplikasikan apabila ada pengalaman. Tanpa pengalaman, seluruh ide dan konsep serta kebenaran tidak akan pernah bisa diaplikasikan. Akal budi manusia hanya bisa berfungsi bila dihubungkan dengan pengalaman. Oleh karena itu akal budi dan pengalaman inderawi, tidak dapat dianggap sebagai dasar menyatakan keberadaan Tuhan. Bagi Kant, eksistensi Tuhan diperlukan sebagai postulat bagi kehidupan moralitas (Hick, 1979). Pembahasan epistemologi Kant dikaitkan dengan dua karyanya Kritik atas Rasio Murni dan Kritik Rasio Praktis.
  • Apakah manusia itu? Jawabannya adalah “Antropologi”

Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "Manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang memelajari manusia.
Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview).
Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda.
Visi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Terwujudnya universitas terbaik yang memiliki kemandirian, kekreativan, inovasi, unggul, dan kompetitif dalam bidang pendidikan, penelitian, serta pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka pengabdian kepada masyarakat.
Visi Operasional Rektor Untirta periode 2011-2015
      Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa periode 2011-2015 dalam menjalankan fungsi dan misi Tridharma Perguruan Tinggi mengacu kepada visi Operasional yang terdiri dari :
Visi            : Universitas Sultan Agung Tirtayasa maju, bermutu dan berkarakter
                    Dalam kebersamaan
Motto        : kerja keras dan cerdas yang dilandasi keikhlasan bernilai ibadah
Prinsip       : Prestasi, komitmen, kebersamaan dan tanggung jawab
Filosofi      : Memberikan layanan yang terbaik, amanah, dan profesional
2.    Misi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a.    Menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan kualitas terbaik dan relevan dengan kebutuhan mayarakat masa kini dan mendatang
b.   Meningkatkan kualitas dosen dan tenaga kependidikan lainnya dalam melaksanakan berbagai program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan kebutuhan stakeholders
c.    Membangun dan mengembangkan jaringan kerja (networking) untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dan kerjasama
d.   Membangu dan mengembangkan sistem manajemen mutu menuju efisiensi dan profesionalitas
e.    Megembangkan sistem teknologi informasi (STI) yang dapat memacu terwujudnya perguruan tinggi yang unggul, mandiri, kreatif, inovatif, dan kompetitif
f.    Meningkatkan tanggung jawab sosial Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bersama pemerintah daerah membawa modernisasi dan memelihara nilai luhur (Banten).
3.     Tujuan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
a.       Menyiapkan dan menghasilkan tenaga ahli yang berkemampuan akademik, profesi, atau vokasi yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, kompetitif, mandiri dan manjadi warga negara demokratis, serta bertanggungjawab untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia
b.      Mengembangkan Untirtaa sebagai pusat unggulan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni untuk kemaslahatan umat manusia.
Dalam hal pendidikan pengaharapan selalu ada, bahkan di setiap detiknya pengharapan selalu terlintas dalam benak manusia. Kesadaran yang menjadikan manusia mampu untuk mengharap penuh akan apa yang telah ia lakukan dan yang akan di lakukan selanjutnya. Ketika dalam menjalani sebuah pendidikan harapan yang kian membesar akan kesuksesan, ilmu yang berkecukupan, dan pengalaman yang akan diraih untuk mampu membawa kepada pengabdian masyarakat dan menjalin suatu hubungan antara masyarakat dan lembaga untuk menghadapi masa yang serba pengetahuan. Dimana pengetahuan mampu membawa kearah yang lebih baik, dari segi moral maupun fisik yang dirasa, di lihat dan di harapkan.
Tentu saja melihat dari visi misi UNTIRTA yang mana lebaga yang saya duduki sekarang terlihat begitu menggairahkan dalam artian mampu membawa sebuah pengaharapan baru untuk menuju kea rah yang maju dan lebih baik  lagi, akan tetapi kadang apa yang diharapkan adakalanya tak sesuai, akan tetapi tidak lepas dari sebuah perjuangan untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan. Disisi lain Saya berharap mampu mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas beserta pengalaman yang jauh dari pendidikan yang sedang saya tempuh di perkuliahan ini, baik dalam ilmu dunia maupun ilmu agama. Untuk menopang saya ke depannya agar menjadi apa yang di harapakan orang banyak serta mampu menjadi orang yang berpengaruh dalam masyarakat sekitar yang ada. Harapan saya begitu besar akan tujuan kedepannya dalam mencari ilmu di untirta ini. Harapan saya juga mampu mencerdasakan orang-orang di sekitar saya, sadar akan pentingnya sebuah ilmu dan pendidikan. Dan yang lebih utama kesuksesan agar melihat orang tua bisa tersenyum lebar