Obyek dibedakan atas obyek
material dan obyek formal. Obyek material adalah apa yang dibicarakan,
dipelajari, diselidiki, dibahas, dipandang, disoroti. Dengan kata lain, hal
yang menjadi sasaran pemikiran (Gegegnstand).
Atau menurut I.R.Poedjawijatna, obyek material adalah bahan atau lapangan
penyelidikan. Sedangkan obyek formal adalah sudut pandang (angle atau point of view) dalam menyelidiki, membahas atau
menyoroti sesuatu.
Contoh, obyek material psikologi, antropologi dan sosiologi
sama, yakni manusia, tetapi obyek formalnya berbeda. Psikologi menyoroti
manusia dari segi kejiwaan, antropologi menyoroti manusia dari segi budaya,
sedangkan sosiologi menyoroti dari segi interaksi dengan manusia lain. Jadi,
yang membedakan ilmu yang satu dari ilmu lainnya adalah obyek formal.
(Poedjawijatna: 6-8; Tim UGM: 6-7).
Obyek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada. Yang ada itu bisa dalam kenyataan, atau bisa pula hanya dalam
pikiran.
Obyek formal filsafat adalah mencari keterangan
sedalam-dalamnya. Filsafat tidak menyelidiki benda dari segi susunannya saja,
tapi totalitas benda itu. Filsafat menyoroti dari segi hakikat, inti terdalam.
Ilmu-ilmu lain membatasi diri hanya pada pengalaman empiris, sebaliknya
filsafat berusaha mencari keterangan tentang inti dan hakikat segala sesuatu.
Ilmu pengetahuan adlaah pengetahuan metodis, sistematis, dan
koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Sedangkan,
filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan. (Hamersma: 10).
0 komentar:
Posting Komentar